TIDAK BERGUNA tanpa KASIH

  • 21 Jul 2024
  • Fulfilling God's Purpose

“Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.” 1 Korintus 13:3

Markus 10 menceritakan kisah seorang laki-laki yang Yesus temui di jalan menuju Yerusalem. Orang-orang memanggil dia “Orang muda yang kaya,” atau “Pemimpin muda yang kaya,” tetapi kita juga dapat memanggilnya “Orang yang mengira dirinya tahu bagaimana cara mengasihi.” Dengan sebutan apa pun kita memanggilnya, orang ini tertarik pada hidup yang kekal dan menduga ada sesuatu yang dapat dilakukan untuk memperolehnya. Ia berlari mendapatkan Yesus, berlutut di hadapan-Nya, dan menanyakan pertanyaan ini: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Melalui kata-kata ini, orang itu menanyakan hal yang paling penting dari semua permasalahan rohani: hidup yang kekal. Masalahnya adalah orang itu membuat asumsi yang salah. Ia menduga bahwa keselamatan datang dari perbuatan, bukan dari iman. Tidak ada seorang pun dari kita yang cukup baik untuk diselamatkan melalui perbuatan baik yang kita lakukan. Kita semua telah melakukan terlalu banyak perbuatan yang salah dan sedikit perbuatan yang benar. Lagi pula, bahkan perbuatan benar yang kita lakukan, dilakukan pada tahap tertentu dengan cara yang salah atau untuk alasan yang salah. Tak seorang pun yang baik; hanya Allah saja yang baik dan sempurna.

Kisah anak muda tersebut meyakinkan kita bahwa kita tidak lebih mengasihi dibandingkan dengan orang muda ini. Bahkan jika Yesus memberi kita permintaan yang sama-memberikan semua yang kita miliki kepada orang miskin-kebanyakan dari kita akan dengan cepat mengeluarkan daftar panjang alasan mengapa kita tidak bisa melakukannya. Tidak semua orang dipanggil untuk menjual seluruh kepunyaannya, kita akan menjawab demikian. Semua keberatan yang muncul dibenak kita cukup masuk akal, tetapi masalah sebenarnya bagi kebanyakan dari kita adalah kita selalu ingin memberikan batasan bagi kasih kita. Kita siap untuk memberi, tetapi hanya jika kita memiliki sesuatu yang tersisa. Kita bersedia untuk peduli selama hal itu tidak terlalu mengganggu kenyamanan. Kita juga sanggup mengasihi asalkan orang-orang juga mengasihi kita kembali.

Sungguh, kita harus mengakui bahwa kita tidak mengasihi seperti Yesus mengasihi. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 13, menggunakan kata ganti orang pertama tunggal. Ia tidak mengatakan kepada jemaat Korintus, “sekalipun kamu dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, dan mempunyai karunia untuk bernubuat, dan seterusnya,” melainkan berkata “Sekalipun aku melakukan semua hal ini, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” Paulus melibatkan dirinya sendiri dan bersaksi tentang apa yang telah ia pelajari mengenai hatinya yang penuh dosa. Paulus memiliki semua karunia-karunia Roh, dia telah memberikan seluruh miliknya dan menyerahkan tubuhnya untuk mati. Namun ia tahu tanpa kasih, semuanya tidak berguna.

Kita sama sekali tidak berguna tanpa kasih inilah pesan dari 1 Korintus 13:1-3. Kasihlah yang membawa Yesus turun dari sorga ke Betlehem, kasihlah yang menyebabkan Dia melakukan mujizat dan mengabarkan Injil, kasihlah yang memimpin Dia melewati penderitaan di Kalvari dan salib, dan kasihlah yang meninggikan Dia pada kemuliaan. Kita tidak akan pernah belajar bagaimana mengasihi dengan mengusahakannya dari hati kita sendiri. Kita hanya dapat belajar mengasihi dengan lebih memiliki Yesus dalam hidup kita. Alkitab berkata, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh. 4:19). Maka satu-satunya cara bagi kita agar lebih mengasihi adalah dengan memiliki lebih banyak kasih Yesus. Kemudian Ia mengirimkan Roh Kudus kepada kita sehingga kita dapat mulai mengasihi seperti Dia mengasihi.

Naikkanlah doa pengakuan dan permohonan ini “Yesus, Engkau adalah segala sesuatu yang bukan saya. Engkau adalah kasih yang murni, dan saya hanyalah orang berdosa yang tidak memiliki kasih dan Engkau tahu, saya akan selalu demikian. Namun dalam kasih-Mu yang sempurna, saya berdoa agar Engkau mau mengampuni dosa-dosa saya yang penuh kebencian dan mengajar hati saya yang tidak memiliki kasih untuk mengasihi seperti Engkau mengasihi.”