“Bersukacitalah senantiasa” 1 Tesalonika 5:16
Yesus bersabda, "Aku datang, supaya mereka [domba-domba-Nya] mempunyai hidup, dan mempunyainya dengan berlimpah-limpah” (Yohanes 10:10). Ia telah datang supaya hidup kita berlimpah-limpah sukacita. Tetapi kita tidak boleh duduk-duduk saja menunggu keadaan sekitar membuat kita bersukacita; kita diperintahkan untuk bersukacita senantiasa (lihat 1 Tesalonika 5:16). Kita harus terus bertumbuh dalam sukacita. Apakah yang menghalangi sukacita?
Halangan pertama adalah dosa dalam hati kita. Dosa mematahkan kebersamaan dan penikmatan hadirat-Nya. Ketika Daud mengakui dosa perzinahannya dengan Batsyeba, ia berdoa, "Pulihkanlah padaku sukacita karena keselamatan dari-Mu" (Mazmur 51:12, NIV, tekanan ditambahkan). Mazmur 32:3-4 dengan gamblang menggambarkan hilangnya sukacita Daud ketika ia menderita karena dosanya. Kalau kita tidak bersukacita, kita periksa hati kita apakah masih bertahan melakukan dosa?
Batu sandungan lain bagi sukacita adalah kepercayaan yang salah tempat. Paulus memberitahu orang Kristen di Filipi, “Bersukacitalah dalam Tuhan” (3:1). Kemudian ia menandaskan bahwa kebalikan dari bersukacita dalam Tuhan adalah menaruh percaya pada hal-hal lahiriah perbuatan baik atau pencapaian agamawi kita. Bagi orang percaya di zaman Paulus, itu berupa legalisme Yahudi. Bagi kita hari ini, mungkin saja itu berupa kebanggaan atas pencapaian disiplin pribadi kita, seperti saat teduh yang teratur, program penghafalan ayat Kitab Suci yang konsisten
Batu sandungan ketiga adalah hajaran atau disiplin yang sering Allah terapkan pada anak-anak Nya. Kitab Suci "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita" (Ibrani 12:11). Ketika kita alami pendisiplinan Tuhan, ingatlah bahwa "Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya" dan "kemudian ganjaran atau disiplin itu menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya" (Ibrani 12:6,11).
Batu sandungan keempat adalah alami pencobaan iman. Pencobaan berbeda dengan disiplin karena dimaksudkan untuk melatih iman kita, bukan untuk membereskan dosa dalam hidup kita. Allah mengizinkan pencobaan untuk menghasilkan ketekunan dalam diri kita dan membuat kita mengarahkan iman pada kemuliaan yang dinyatakan kelak. Pencobaan dapat datang dalam banyak bentuk: masalah kesehatan yang terus mengganggu, kemunduran keuangan, kritik dan penolakan, penganiayaan terbuka.
Sekarang, waktunya bagi bantuan yang praktis untuk bersukacita dalam hidup kita. Bantuan pertama adalah, akuilah dan tinggalkanlah dosa. Dalam Mazmur 32:3-4, ketika Daud mengakui dosanya, terjadilah perkembangan menarik dalam pemikirannya. Diawali dengan kemerdekaan dari rasa bersalah, berlanjut kepada iman bahwa Allah akan membebaskan, kepada kesaksian akan kasih Allah yang tidak habis-habisnya, dan kepada sukacita dan nyanyian (ayat 5-11)
Bantuan khusus yang kedua untuk bersukacita adalah, percaya kepada Allah. Roma 8:28 yang betul-betul menakjubkan: "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia." Pernyataan itu benar, la bekerja dalam segala keadaan hidup Anda untuk mendatangkan kebaikan bagi Anda
Bantuan yang ketiga adalah, pandanglah hidup dalam jangka panjang. Kitab Suci menegaskan bahwa sukacita kita seharusnya berfokus pada pengharapan kekekalan yang menanti kita dalam Yesus Kristus serta penyataan akhir dari kemuliaan Nya. Memandang jangka panjang berarti bersukacita karena nama kita terdaftar di surga; mengikuti teladan Yesus sendiri, "yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibrani 12:2)
Bantuan keempat untuk bersukacita adalah, Ucapkanlah syukur dalam segala keadaan (lihat 1 Tesalonika 5:18). Kita harus bersyukur karena Allah bekerja demi kebaikan kita.