“Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” - (Yer. 17:9; Mzm. 139:23)
Di Perjanjian Lama, Daud banyak menghadapi musuh-musuh Allah. Salah satunya adalah Raja Saul yang menuduh Daud berkhianat dan berusaha membunuhnya. Ia mengerahkan pasukan mengejar dan membunuh Daud dalam beberapa kali percobaan pembunuhan. Raja Saul mengklaim bahwa Daud telah berlaku tidak setia kepada Allahnya. Namun tidak demikian dengan Daud, ia dengan segenap hati ingin menyenangkan Allah. Daud berperang menaklukkan kemarahannya demi melindungi dan menunjukkan rasa hormat kepada raja. Ketika mengetahui bahwa motif hatinya tidak selalu sempurna, Daud menyerahkan hatinya di hadapan Allah dan mengucapkan doa yang paling rapuh, transparan, dan berbahaya yang pernah Anda dengar. Daud berdoa, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mzm. 139:23-24)
Bukan hanya doa ini sulit diucapkan, tapi juga sulit untuk diterapkan dan dihidupi karena jika Anda memiliki keberanian untuk mengucapkan doa ini, berarti Anda perlu melatih keberanian dalam menghidupi apa yang akan Allah tunjukkan sebagai tanggapan-Nya atas doa ini. Ingatlah, doa ini memiliki potensi untuk menggugat, mengoreksi dan mengarahkan ulang kehidupan Anda sehingga mengubah cara Anda melihat diri sendiri.
Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa Anda harus meminta Allah untuk menyelidiki hati? Bukankah Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di dalam batin Anda. Di sinilah letak kepelikannya. Di permukaan, kita sepertinya tahu apa yang ada di dalam hati kita sendiri. Benar, bukan? Saya tahu motif-motif saya. Saya tahu apa yang paling penting. Saya tahu mengapa saya melakukan apa yang saya lakukan. Tapi, Firman Allah menyingkapkan kebenaran yang bertolak belakang. Yeremia adalah seorang imam keturunan Lewi yang mengabdi di masa pemerintahan Raja Yosia, Allah membangkitkan nabi muda ini untuk memberitakan Firman Allah kepada Israel dan bangsa-bangsa. Sang nabi berkata, "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yer. 17:9). Sangat mudah untuk berpura-pura bahwa kita memiliki hati yang baik, tapi Alkitab mengajarkan bahwa hati kita menipu kita dan sangat jahat. Pada intinya, hati kita berpusat pada diri sendiri bukan Kristus. Pada sesuatu yang sementara bukan kekal. Pada sesuatu yang mudah bukan yang benar. Hati kita terobsesi dengan apa yang kita inginkan bukan apa yang Allah inginkan.
Tolong ingat bahwa tanpa Kristus, hati kita tidak baik. Hakikat asli kita sejak lahir adalah berdosa. Inilah alasan mengapa kita butuh Kristus. Bukan hanya untuk mengampuni kita, tetapi juga mentransformasi kita menjadi baru. Hasil riset mengungkapkan bahwa sebagian besar orang yang mengatakan kebohongan disebabkan karena tidak ingin melukai perasaan orang atau membuat diri sendiri terlihat baik. Tapi, kebohongan yang paling umum adalah kebohongan yang kita katakan pada diri sendiri.
Saya yakin Daud tergoda melarikan diri dari kenyataan ketika dia berusaha menyelamatkan diri dari kejaran Saul. Dia bisa saja berpaling pada alkohol, kemarahan, kebencian, dan kepahitan atau mengatur rencana untuk membalas Raja Saul. Tapi, alih-alih mengambil jalan yang mudah. Daud memilih jalan yang lebih berani. Ia dikenal sebagai "Seorang yang berkenan di hati-Nya" (1 Sam. 13: 14) dengan memutuskan untuk berdoa, menyadari bahwa hatinya sendiri mampu mengelabuinya lagi dan lagi. Tanpa Kristus, hati Anda licik. Inilah mengapa doa Daud merupakan doa yang sangat berbahaya. "Selidikilah hatiku, Tuhan."
Pertanyaan untuk didiskusikan: