Tuhan menciptakan kita masing-masing unik. Unik artinya lain daripada yang lain, tidak ada persamaan dengan yang lain atau juga berarti sangat spesial. Dan ketidaksamaan ini bukanlah suatu kesalahan, tetapi memang disengaja dengan tujuan supaya masing-masing dapat saling mendukung, memperhatikan dan melengkapi. Seperti Firman Tuhan berkata di dalam I Korintus 12:25,” supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan”. Ingatlah bahwa ada kekuatan yang besar dalam perbedaan. Untuk melengkapi kekurangann dan keterbatasan kita, kita justru membutuhkan orang yang berbeda dengan kita.
Seperti halnya contoh dari kisah antara Saulus dengan Ananias (Kisah Para Rasul 9:1-18). Mereka berdua adalah contoh profil dari dua kepribadian yang berbeda. Paulus dari Tarsus (awalnya bernama Saulus) diakui sebagai tokoh penting dalam penyebaran kekristenan yang bersumberkan dari pengajaran Yesus Kristus. Pada masa mudanya ia adalah seorang Farisi yang keras. Mulanya ia adalah seorang penganiaya murid-murid Kristus dan sesudah pengalamanya berjumpa secara pribadi dengan Yesus di Damsyik, ia berubah menjadi seorang pengikut Kristus. Sedangkan Ananias adalah murid Kristus di kota Damsyik/Damaskus. Kisah Para rasul mencatat bahwa ia disuruh oleh Tuhan Yesus untuk menyembuhkan kebutaan Saulus, yang kemudian dikenal sebagai Paulus dan membaptisnya menjadi orang Kristen. Paulus dalam khotbahnya mengatakan bahwa Ananias adalah seorang yang saleh yang menurut hukum Taurat terkenal baik diantara semua orang Yahudi yang ada di Damaskus.
Namun dalam perbedaan mereka justru Tuhan mempertemukan mereka. Ananias yang adalah pengikut Kristus dan orang yang terkenal saleh dan baik, dapat menerima keberadaan Saulus yang saat itu dikenal sebagai orang yang kejam karena menganiaya dan membunuh para pengikut Kristus. Padahal pada saat itu banyak orang Kristen yang masih sulit menerima kehadiran Saulus meskipun sudah bertobat. Mungkin mereka masih mengingat kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang Kristen. Di saat orang-orang lain masih merasa sulit menerima keberadaan Saulus namun Ananias bisa menerimanya dengan tulus. Tuhan menyuruh Annanias untuk menumpangkan tangan atas Saulus yang pada saat itu mengalami kebutaan dan seketika itu juga selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat kembali. Dan kemudian Ananias membaptis Saulus. Dengan demikian atas bantuan Ananias, Saulus yang telah bertobat akhirnya dapat diterima dengan baik oleh murid-murid Kristus di Damsyik. Dan selanjutnya mereka dapat memberitakan Injil di rumah-rumah ibadat bahwa Yesus adalah Tuhan. Dalam perbedaan, mereka dipertemukan dan saling menerima, menolong , memperhatikan dan bekerja sama untuk memberitakan Injil dan Nama Tuhan Yesus dipermuliakan.