Dari kisah percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria ini dalam Yohanes 4:4-42 kita melihat bahwa Yesus, walaupaun Dia Anak Allah, Ia tidak membeda-bedakan orang dalam berinteraksi dan menginjil. Berita keselamatan yang dibawa Tuhan Yesus adalah untuk semua orang. Untuk itu kitapun dituntut untuk menyatakan berita itu tanpa melihat perbedaan. Ketika kita menginjil atau bersaksi tentang Yesus Kristus, bukanlah untuk membuat orang terkesan dan akhirnya tertarik kepada pengajaran-Nya. Tetapi penginjilan dilakukan untuk membuat orang lain “datang” dan percaya, menerima dan mengikut Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Penginjilan adalah wujud kasih orang percaya kepada Allah dan sesama.
Kita wajib memberitakan kabar baik ini kepada orang-orang yang belum percaya agar mereka juga beroleh keselamatan dalam hidup mereka. Tetapi, tidak banyak orang percaya yang sadar akan hal ini. Mereka cenderung tinggal dalam zona nyaman mereka dan tidak mempedulikan jiwa-jiwa yang terhilang. Mereka merasa aman karena sudah memiliki keselamatan itu. Tuhan Yesus keluar dari zona nyaman untuk memberitakan kabar baik kepada perempuan itu. Sebagai orang percaya kadangkala kita enggan untuk keluar memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang belum percaya oleh karena perbedaan budaya, ras maupun golongan-golongan yang ada di masyarakat, yang pada akhirnya membuat kita tinggal dalam zona nyaman.
Setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus yang mengetahui seluruh kehidupannya, apa yang terjadi dengan perempuan Samaria itu? Ia segera pergi dan memberitakan apa yang dialaminya, “Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus” (Yohanes 4:28-30). Ia menceritakan apa yang ia alami, bukan yang dialami orang lain. Dan hasilnya sungguh luar biasa, hampir seluruh kota Samaria datang dan percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 39). Kasih yang sudah dia terima dari Tuhan Yesus, membuatnya rindu membagikan kasih itu kepada sesamanya.
Memberitakan Injil merupakan suatu keharusan bagi orang yang telah menerima Kristus dalam dirinya dan lahir baru. Alasan kita harus menginjil adalah karena Amanat Agung yang diberikan Tuhan di dalam hidup kita. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Allah, maka kita akan taat menjalankan perintah-Nya, yaitu menginjil. Dengan menginjil berarti menunjukkan kasih kita kepada sesama manusia, sebab tanpa Yesus, mereka pasti binasa. Tentunya kita tidak mau melihat orang lain menuju kebinasaan. Dan untuk itu kita tidak bisa tinggal diam. Harus memberitakan Injil agar mereka semua menjadi percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi sehingga keselamatan mereka peroleh.
Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, kita harus wujudkan kasih kita kepada-Nya melalui taat menjalankan perintah-Nya, salah satumya adalah dengan cara memberitakan Injil kepada semua orang. Setelah kita menerima keselamatan dalam Yesus secara pribadi maka pastilah ada kerinduan yang besar untuk kita membagikan berita keselamatan itu kepada orang-orang di sekeliling kita, agar mereka pun mendengar berita Injil, percaya serta menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan mendapatkan keselamatan kekal di dalam Nama-Nya. Penginjilan adalah wujud kasih kita kepada Tuhan dan kepada sesama manusia.