Apa pun jabatan seseorang, apakah Gembala Sidang, Pemberita Injil, Utusan Gerejawi, Diaken, Pengarang, Guru atau apa pun juga harus betul-betul berusaha melakukan tugasnya dari Allah, yaitu menuntun orang kepada Kristus. Seperti Firman Tuhan dalam Matius 4:19 yang berkata: Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Undangan ikutlah Aku memanggil orang-orang percaya untuk siap memenangkan orang-orang yang terhilang.
Dalam menginjil dan menuntun orang kepada Kristus, kita harus sungguh-sungguh mengenal situasi dan masalah yang dihadapi oleh orang yang akan kita Injili. Lalu di mana kita memulai penginjilan? Tentunya dimulai dari mereka yang paling dekat dengan kita contohnya: keluarga (Yohanes 1:40-46), rekan sekerja (Kisah Para Rasul 18:1-4), teman-teman (Yohanes 4:39-42), dan orang-orang di sekitar kita (Yohanes 4:4-30). Semakin kita mengenal tentang seseorang, semakin mudah untuk menjangkau mereka. Kita bisa mengenal apakah yang menjadi minat dan kebutuhan mereka saat ini misalkan pendidikan, pekerjaan atau kebutuhan tempat tinggal dan prioritas hidup mereka. Selain itu kita juga bisa mengetahui kesamaan antara kita dengan mereka, misalkan kita memiliki pengalaman yang sama, minat yang sama atau kebutuhan yang sama. Hal-hal tersebut bisa lebih memudahkan kita pada waktu kita ingin menjangkau mereka bagi Kristus. Rasul Paulus di dalam I Korintus 9:20-23 berkata, “Bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, bagi orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat - segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian di dalamnya”.
Adalah penting untuk menyadari bahwa keterbukaan hati dari setiap orang yang kita Injili memiliki proses yang berbeda-beda saat mendengar berita Injil yang kita sampaikan. Seperti halnya perumpaman tentang penabur di dalam Injil Matius 13, mengajarkan tentang 4 jenis keterbukaan hati seseorang terhadap pemberitaan Injil. Pertama, tanah di pinggir jalan (ayat 4), yaitu orang yang mendengar pemberitaan Injil tetapi tidak mengerti. Kedua, tanah yang berbatu (ayat 5), yaitu orang yang mengeraskan hatinya terhadap Injil. Ketiga, tanah yang bersemak (ayat 7) menggambarkan orang yang mau menerima berita Injil tetapi karena kekuatiran hidup yang menghimpit, maka tidak menghasilkan buah. Keempat, tanah yang baik (ayat 8), menggambarkan orang yang mendengar berita Injil kemudian sebagai tanggapannya dia melakukannya sehingga hidupnya bertumbuh dan berbuah.
Saat ini pemberitaan Injil yang kita sampaikan sedang jatuh di tanah jenis yang mana? Atau bagaimana respon orang yang sedang kita Injili? Menerima atau justru menolak? Bagaimanapun tanggapannya, jangan pernah mematahkan semangat kita untuk terus menginjil. Tugas kita adalah memberitakan Injil, sedangkan Roh Kudus yang akan menjamah hati orang tersebut untuk menerimanya. Teruslah menginjil kepada jiwa-jiwa yang terhilang di sekitar kita. Percayalah Roh Kudus pasti menyertai kita. Amien.