Menjadi Saksi Kristus

  • 07 Jan 2018
  • Like Jesus

Alkitab mengajarkan kita tiga tingkat yang berbeda dalam hal berkomunikasi. Yang pertama dan yang paling jelas adalah tingkat pernyataan. Hal ini merupakan penyampaian kebenaran-kebenaran Injil secara lisan dalam bentuk pernyataan fakta. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). “Sebab upah dosa adalah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). Pernyataan-pernyataan seperti di atas, bersama dengan pernyataan-pernyataan lain merupakan isi pemberitaan injil. Pernyataan-pernyataan itu terkenal, pada umumnya dimengerti oleh orang dalam zaman kita, dan pernyataan-pernyataan tersebut telah menjadi pusat kesaksian alkitabiah yang menakjubkan.

Tetapi Alkitab yang pada khususnya Perjanjian Baru, tidak berhenti pada kesaksian yang merupakan pernyataan. Perjanjian Baru juga mengajarkan tingkat hubungan dalam komunikasi. Yesus menunjukkan tingkat ini dalam pembicaraan-Nya dengan perumpuan di sumur (Yohanes 4) dan melalui hubungan-Nya dengan Zakheus (Lukas 19). Pada kedua situasi ini, Yesus berusaha menemukan dasar-dasar permufakatan bersama orang-orang itu . Yesus mengejutkan perempuan itu dengan meminta minum, kemudian Yesus berbicara dengannya tentang latar belakang dan pengharapan agamanya. Yesus pergi ke rumah Zakheus untuk makan bersama, membiarkan diri-Nya dituduh bersahabat dengan orang yang diragukan kesalehannya. Dengan demikian Yesus membangun jembatan hubungan yang membawa isi pemberitaan-Nya.

Tingkat ketiga dari komunikasi alkitabiah adalah tingkat penjelmaan. Pada tingkat ini Firman menjadi manusia (Yohanes 1:14). Kita membaca dalam Filipi 2:6-10 tentang penjelmaan Yesus – bagaimana Ia yang adalah Allah tidak menuntut hak-Nya tetapi menjadi manusia dan diam di tengah-tengah kita, merendahkan diri-Nya menjadi seorang hamba dan kemudian berkorban untuk manusia. Penyempurnaan pemberitaan Injil inilah yang merupakan kesaksian penjelmaan: hidup kita sendiri mengandung isi berita Injil. Kita tidak berbicara menganai kasih; kita mengasihi. Kita tidak berbicara mengenai pengampunan; kita mengampuni.  Kita menunjukkan buah Roh: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Orang yang mempunyai sifat-sifat itu membawa berita Injil dalam dirinya ke mana pun ia pergi. Pada saat kita bersaksi, kita sedang memberi tahu orang lain bagaimana mereka juga bisa menemukan jalan menuju keselamatan.