“Mungkin Tuhan akan bertindak untuk kita, sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang” 1 Samuel 14:6
Pada tahap awal pemilihan presiden Amerika tahun 1976, salah seorang penulis sebuah surat kabar mencatat bahwa kecuali satu orang, semua orang yang bersedia mencalonkan diri menjadi presiden adalah orang-orang yang dibesarkan di kota-kota kecil sampai kota-kota ukuran menengah: Gerald Ford di Grand Rapids, Michigan; Ronald Reagen di Dixon, Illinois; akhirnya si pemenang Jimmy Carter di Plains, Georgia; dan setengah lusin lainnya. Satu-satunya orang kota besar dalam pemilihan ini adalah Jerry Brown dari San Franscisco.
Kemudian penulis itu mengemukakan alasannya: Kehidupan di kota kecil memberi saudara suatu perasaan bahwa saudara dapat berubah. Masalah-masalah tidak membanjir secara total; jika saudara mengatasinya sebagian demi sebagian dan tidak menyerah, saudara akhirnya akan berhasil. Jadi orang-orang ini memiliki sikap "aku-bisa-menanggulangi" sepanjang perjalanan mereka menuju kedudukan terkemuka dalam negara itu. Pandangan demikian barangkali lebih sulit tertanam bagi orang yang tinggal di kota-kota besar
Orang-orang Kristen entah dibesarkan di kota atau di desa mempunyai dasar yang berbeda untuk hidup dengan penuh pengharapan. Mereka bertekun untuk terus maju sebab mereka mendengar Allah berkata, “Aku bisa menanggulanginya.” Alkitab menceritakan sebuah kisah menarik mengenai dua pemuda yang dengan pengharapan mereka pada Allah yang terus bekerja, mereka dapat tetap bersikap positif di tengah tengah keadaan yang menakutkan. Dalam 1 Samuel 14, pasukan Israel berada dalam kondisi menyedihkan. Kereta perang orang Filistin lima kali lebih banyak dari jumlah pasukan Israel; kekuatan pasukan telah berkurang menjadi hanya enam ratus orang. Raja Saul sudah jelas kehilangan kendali; ia tidak bisa memutuskan apa yang harus diperbuat. Pilihannya benar-benar terbatas, karena orang Filistin telah menangkap semua tukang besi orang Israel, yang berarti orang Israel tidak memiliki persenjataan baru lagi.
Tetapi ada Yonatan, anak Saul. Apakah dia bertahan dan mengerahkan pasukan Israel dengan pidato yang bersemangat dan penuh iman? Tidak. la hanya bisa mengumpulkan sedikit pengharapan. la menoleh pada pemuda yang membawa senjatanya dan mengusulkan agar mereka pergi memeriksa pasukan pengawal orang Filistin. Mengapa? “Mungkin Tuhan akan bertindak untuk kita, sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang” (I Samuel 14:6). Perhatikan bahwa ia tidak berjanji apa-apa. la hanya menyatakan fakta: bahwa itu bisa terjadi.
Kedua pemuda itu dengan hati-hati sekali memperlihatkan diri kepada musuhnya: "Naiklah kemari, maka kami akan menghajar kamu,” teriak pengawal. Tetapi hari itu, keadaan berbalik. Yonatan dan bujang pembawa senjatanya telah membalikkan keadaan dan orang Israel memperoleh kemenangan.
Itulah yang bisa dilakukan pengharapan. Orang yang berada dalam kesusahan sering berkata, “Saya tidak mau berharap.” Berharaplah! Pengharapan adalah bisikan lembut di dalam hati orang Kristen yang mengatakan, Yaaa . . . itu bisa terjadi.
Sebagai orang Kristen, kita memiliki pengharapan dalam Yesus. Pengharapan itu bukan suatu kebodohan. Kisah Anak yang hilang menyiratkan adanya pengharapan untuk pulih dari keadaan yang paling terpuruk. Anak yang hilang sadar bahwa pengharapan hidup yang lebih baik bersama dengan Bapa (Lukas 15: 22-24). Pengharapan menandakan adanya masa depan dan harapan orang-orang yang takut akan Tuhan tidak akan hilang (Amsal 23:18).