“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” - Kolose 3:12-13
Karakter Kristen seperti pakaian yang ditenun dengan benang beragam warna dan corak. Beragam ciri karakter saleh tampak berbaur seperti benang beraneka corak pada pakaian atau warna-warna pada pelangi. Kesabaran, misalnya, punya dampak yang sangat mirip dengan sukacita dan damai sejahtera. Satu aspek dari kesabaran adalah menanggung perlakuan semena-mena. Tanggapan Alkitabiah terhadap penderitaan akibat perbuatan orang lain disebut panjang sabar, atau long suffering. Inilah aspek kesabaran yang sanggup menderita dalam waktu yang panjang di bawah perlakuan jahat orang lain tanpa menjadi benci atau pahit. Bagaimana kita dapat bertumbuh dalam aspek kesabaran ini, yang panjang sabar menghadapi perlakuan buruk orang lain?
Pertama, kita harus mempertimbangkan keadilan Allah. Petrus menghimbau agar para hamba menjadi lebih sabar kepada para majikan yang kejam: "Ketika ia dicaci maki, la tidak membalas dengan mencaci maki; ketika la menderita, la tidak mengancam, tetapi la menyerahkan diri-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan adil" (l Petrus 2:23). Perhatikanlah bahwa kebalikan dari membalas adalah menyerahkan diri kepada Allah, yang menghakimi dengan adil.
Untuk mengembangkan kesabaran di depan perlakuan jahat orang lain, kita harus pula mengembangkan keyakinan bahwa kesetiaan Allah bekerja demi kepentingan kita. Petrus memberitahu kita, "Baiklah juga mereka yang menderita karena kehendak Allah, menyerahkan dirinya kepada Pencipta yang setia, sambil terus berbuat baik" (1 Petrus 4:19). Kita harus mempercayakan diri pada keadilan Allah dan menyerahkan diri kepada kesetiaan-Nya. Allah bukan saja akan bertindak dengan adil (dan, kita doakan, dengan rahmani) terhadap penyiksa kita, tetapi juga setia terhadap kita. Allah mengijinkan tindakan mencelakakan yang disengaja orang lain lalu mengubahnya jadi tindakan untuk kebaikan, baik bagi kita maupun bagi orang lain.
Menanggapi pancingan kemarahan. Aspek kesabaran yang disebut "panjang sabar" juga digunakan untuk menggambarkan tanggapan orang saleh terhadap pancingan kemarahan dari orang lain. Kata “pancingan kemarahan” untuk menunjuk tindakan orang lain yang cenderung membangkitkan amarah atau kegeraman kita yang membuat kita hilang kesabaran. Kiat untuk bersabar menghadapi pancingan kemarahan adalah berusaha mengembangkan ciri Allah sendiri yang "lambat marah." Yakobus mengatakan "lambat untuk marah" (Yakobus l:19). Paulus berkata bahwa salah satu corak kasih adalah "tidak pemarah" (1 Korintus 13:5). Cara terbaik untuk mengembangkan lambat marah adalah dengan sering-sering merenungkan kesabaran Allah kepada kita.
Bertenggang rasa atas kekurangan. Ketidaksabaran terhadap kekurangan orang lain sering berakar dalam kesombongan. John Sanderson mengamati, “Hampir tidak ada hari berlalu tanpa orang mendengar pernyataan mengejek atas kebodohan, keanehan, ketidakpantasan orang lain.” Pernyataan macam itu berasal dari perasaan bahwa kita lebih pintar atau lebih cakap daripada orang-orang yang membuat kita tidak sabar. Kalaupun itu benar, Paulus memberitahu kita dalam 1 Korintus 4:7 bahwa kemampuan apa pun yang kita miliki, Allah memberikannya kepada kita, sehingga kita tidak punya alasan untuk merasa lebih baik daripada orang lain.
Menanti Allah. Wilayah lain di mana kebanyakan kita perlu belajar bersabar adalah penggenapan jadwal Allah bagi kita. Mungkin kita sudah berdoa bertahun-tahun untuk keselamatan seorang yang terkasih, untuk pemecahan masalah yang kita hadapi, atau untuk suatu keinginan yang sudah lama dinanti. Obat bagi ketidaksabaran dalam menanti penggenapan itu adalah percaya kepada janji-janji Nya, taat kepada kehendakNya, dan memasrahkan hasilnya kepada-Nya.