“Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus” Efesus 5:21
Buah Roh mengalir kepada kita akibat persatuan kita dengan Kristus, dan mengalir melampaui kita sehingga kita dibawa ke dalam persekutuan dengan orang lain. Tanpa kerendahan hati, kita tidak dapat berharap untuk mengolah buah Roh selebihnya (Yesaya 57:15). Tuhan sendiri memperlihatkan kerendahan hatinya dalam kemanusiaan-Nya (Filipi 2:8; Lukas 2:7, 51; Matius 11:29; Lukas 22:27).
Kerendahan hati di hadapan Allah. Kerendahan hati terhadap Allah bersaudara dengan takut kepada Allah: Itu diawali saat kita melihat Allah dalam keagungan, kedahsyatan, dan kekudusan Nya. Dalam Alkitab, manusia dikaruniai hak istimewa untuk memandang Allah dalam kemuliaan-Nya, ia dibawa merendah atau direndahkan di hadirat-Nya. Kita tidak dapat mulai mengalami kerendahan hati dalam hubungan apa pun sebelum kita mengalami kerendahan hati yang amat sangat dalam sikap kita terhadap Allah. Ketika kita sadar akan hubungan kita sebagai makhluk (berdosa) dengan Tuhan yang agung dan kudus secara tak terbatas, kita tidak membandingkan diri secara egois dengan orang lain.
Orang yang sungguh-sungguh rendah hati di hadapan Allah akan rendah hati juga di hadapan Firman Allah. Allah berfirman bahwa la menghargai orang yang tertindas [NIV: humble = rendah hati dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman Nya, ketika raja Yosia mendengar perkataan kitab Taurat, ia mengoyakkan jubahnya sambil berkata, "Hebat kehangatan murka Tuhan yang bernyala nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini" (2 Raja raja 22:13). Yosia sadar bahwa Firman Allah merupakan ungkapan kehendak Allah yang harus ditaati, dan bahwa kegagalan menaatinya akan mendatangkan penghakiman Allah. Ketika kita menyelidiki kitab suci, kita harus mengizinkannya untuk menyelidiki kita, untuk menghakimi karakter dan kelakuan kita.
Seorang percaya yang rendah hati di hadapan Allah akan rendah hati juga terhadap orang lain. Salah satu ungkapan kerendahan hati ini adalah dengan saling menundukkan diri. Paulus mengajari kita, "Tunduklah seorang kepada yang lain karena takut akan Kristus" (Efesus 5:21, NIV). Petrus mengatakan hal serupa, "Kenakanlah kerendahan hati seorang terhadap yang lain" (l Petrus 5:5, NIV). Apa artinya tunduk seorang kepada yang lain? Apakah itu berarti selalu menyerah kepada tuntutan atau pendapat orang lain? Sekali-kali tidak. Itu berarti tunduk kepada pengajaran ataupun koreksi dari orang percaya lain; mau diajar atau cukup rendah hati untuk mengakui kesalahan kita ketika dikoreksi oleh orang percaya lain. Tentu saja tunduk kepada pengajaran atau koreksi orang lain yang tidak kita minta merupakan hal sukar bagi hati kita yang secara alami bersifat sombong. Tetapi konteks Pengajaran Paulus tentang saling menundukkan diri dalam Efesus 5 mengisyaratkan bahwa itulah salah satu bukti kepenuhan Roh.
Kesempatan terlazim untuk menunjukkan kerendahan hati adalah dengan saling melayani. Di wilayah ini Yesus menjadi guru dan teladan kita yang teragung. Contoh paling utama adalah ketika la membasuh kaki murid-murid-Nya pada malam la dikhianati. Yesus juga mengajari kita, dengan memberi perintah, tentang pentingnya saling melayani. la mengisyaratkan bahwa kebesaran sejati dalam kerajaan Allah tidak didapat lewat kedudukan tetapi lewat saling melayani. Dan la menjanjikan berkat bagi mereka yang mengikuti teladan-Nya dalam hal melayani orang lain