Kegiatan Versus Gaya Hidup

  • 28 Oct 2018
  • Like Jesus

Dalam materi-materi HF sebelumnya  yang sudah kita pelajari, kita diajak untuk menghidupi profil pelayanan kita masing-masing.Dengan terjun lansung dalam pelayanan, kita akan dapat memahami dan menghayati tentang nilai atau prinsip pelayanan yang benar. Pertanyaannya bagi kita saat ini adalah apakah pelayanan yang kita lakukan saat ini menjadi kegiatan atau gaya hidup kita?

Melayani memang bisa dan perlu diwujudkan melalui tindakan melakukan suatu kegiatan. Namun kita perlu hati-hati agar tidak terjebak hanya memandang pelayanan sebagai suatu kegiatan saja. Kita perlu memahami dan menghayati  pelayanan sebagai kegiatan dan pelayanan juga sebagai gaya hidup. Jika kita memandang pelayanan sebagai kegiatan saja, maka pelayanan kita hanya merupakan kegiatan sebagian hidup, sebagai salah satu bagian saja dari aspek hidup kita, dan biasanya yang kita sebut pelayanan adalah melayani yang menyangkut bidang rohani atau keagamaan saja. Namun, jika kita memandang pelayanan sebagai gaya hidup, maka kita akan melayani sebagai persembahan seluruh hidup. Ini berarti kapanpun kita melayani orang lain dengan cara apapun, kita sebenarnya sedang melayani Allah (Kolose 3:23-24; Efesus 6:7). Melayani menjadi gaya hidup kita.

Allah menebus kita supaya kita bisa melakukan pekerjaan kudusNya yaitu melayaniNya             (2 Timotius 1:9). Dalam kerajaan Allah, kita memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran, sebuah fungsi uktuk dilaksanakan. Dan ini memberi arti yang luar biasa kepada kehidupan kita. Yesus mengorbankan nyawaNya sendiri untuk membeli keselamatan kita  (I Korintus 6:20). Kita tidak melayani Allah karena rasa bersalah atau hanya karena sebuah kewajiban. Kita melayani Allah karena sukacita dan ucapan syukur yang dalam atas apa yang telah Dia kerjakan bagi kita. Kita berhutang nyawa kepadaNya. Karena keuntungan yang luar biasa inilah maka, di dalam kitab Roma 12:1, Rasul Paulus mengatakan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. Dan pelayanan yang kita lakukan haruslah disertai dengan kasih. Di dalam kitab I Korintus 13:1-7, Paulus menuliskan bahwa semua tidak ada gunanya jika tidak disertai kasih. Dari sini jelas bahwa nilai pelayanan tidak terletak pada kehebatan pelayanan itu melainkan pada kasih yang menggerakkan. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Yohanes juga mengajarkan bahwa pelayanan yang dilakukan dengan penuh kasih kepada orang lain menunjukkan bahwa kita benar-benar diselamatkan. Dia berklata, “Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut” (I Yohanes 3:14).Jika kita tidak memiliki kasih kepada orang lain, tidak ada kerinduan untuk melayani orang lain dan kita hanya peduli dengan kebutuhan diri sendiri, seharusnya kita bertanya-tanya apakah Kristus sungguh-sungguh ada dalam kehidupan kita? Hati yang diselamatkan adalah hati yang ingin melayani. Dan melayani menjadi gaya hidup kita. Mari kita mulailah melibatkan diri dalam pelayanan. Ada banyak bidang pelayanan yang bisa kita kerjakan di Gereja kita ini. Jangan tinggal diam. Layanilah Tuhan selagi masih ada waktu dan kesempatan. Dan biarlah melalui hidup dan pelayanan kita, Nama Tuhan Yesus dipermuliakan.