“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” 1 Korintus 13:4
Rasul Paulus memulai potret kasih yang dia gambarkan bagi jemaat Korintus dengan mengatakan, "Kasih itu sabar" (1 Kor. 13:4). Tantangan terbesar bagi kita di sini bukanlah untuk memahami apa yang Paulus maksudkan, tetapi untuk melakukan apa yang dia katakan. Menurut terjemahan King James Version, “love suffereth long” (kasih menanggung derita dengan panjang sabar). Terjemahan ini menunjuk pada satu terjemahan logis dari kata alkitabiah "sabar" (makrothumei): kasih itu "long suffering" (panjang sabar). Dengan kata lain, kasih itu “sabar menanggung hinaan, dan tidak lekas menuntut haknya atau merasa terluka.” Leon Morris, menuliskan kesabaran yang dimaksudkan Paulus adalah "kesabaran terhadap orang Iain." Hal itu merupakan kemampuan untuk menahan frustrasi yang kita hadapi kapan pun kita memiliki hubungan dengan seseorang yang sama cacatnya dan sama jatuhnya seperti kita. Sinonim yang bagus adalah forbearance (menahan diri). Anthony Thiselton menggunakan istilah long-tempered (sabar menahan amarah)
Dengan menyuruh kita untuk melatih kesabaran, Alkitab memanggil kita untuk meniru karakter Allah kita yang sabar, baik dalam arti lambat untuk marah dan dalam arti sabar menunggu waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus mengatakan bahwa "kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya" adalah bagian dari "kemurahan-Nya," yang dirancang untuk memimpin kita kepada pertobatan (Rm. 2:4). Oleh karena itu, kesabaran bukan hanya salah satu sifat Allah yang penting, tetapi keselamatan kita bergantung padanya.
Betapa sabarnya Allah terhadap kita. la dengan sabar menunggu kita memohon agar dosa kita diampuni. Paulus telah mengalami kesabaran Ilahi ini dalam hidupnya. Walaupun sebelumnya ia membenci Injil dan melawan Kerajaan Allah, akhirnya Roh Kudus menyatakan Kristus yang telah bangkit kepadanya. Sudahkah Anda mengalami kesabaran kasih Allah? Jangan memberanikan diri mengusik kesabaran-Nya, tetapi biarkan hal itu mendorong Anda untuk semakin mempercayakan hidup Anda kepada Yesus Kristus. Lalu patuhilah panggilan Allah untuk menjadi sabar seperti cara Dia bersabar. John Sanderson memiliki beberapa pertanyaan mengenai rasa frustrasi dalam hidup. la bertanya, "mengapa ban itu kempis ketika kita sedang terburu-buru untuk memenuhi sebuah janji bertemu? Atau, mengapa penghisap debu berhenti bekerja pada hari ketika tamu akan datang?" Lalu ia menanyakan pertanyaan yang terpenting: "Mengapa kita begitu tidak bahagia dan merasa frustrasi ketika hal-hal ini terjadi?”
Akan menjadi mudah untuk menambahkan lebih banyak pertanyaan pada daftar pertanyaan Sanderson: Mengapa saya mendapatkan teman sekamar yang demikian mengganggu? Mengapa orang yang paling sulit dihadapi di tempat kerja mendapatkan promosi dan justru menjadi pengawas saya? Dan untuk menanyakan pertanyaan terbesar dari semuanya: Mengapa Allah tidak bergegas dan menjadikan semuanya baik di dunia ini? Jemaat Korintus pasti terus bergumul dengan sejumlah pertanyaan yang sama. Mengapa Paulus memulai daftar kebajikan kasih dengan kesabaran jika bukan karena hal ini merupakan bidang di mana mereka perlu bertumbuh? Agaknya jemaat Korintus sama tidak sabarnya seperti kita. Mereka saling menghakimi satu sama lain (lihat 1 Kor. 4:5), tetapi lambat dalam menanti karya Roh Kudus. Maka seperti kita, mereka perlu diingatkan bahwa kasih itu sabar.
Mungkin kita sedang ada dalam kondisi menderita dan tidak sabar. Tetapi yang patut untuk kita renungkan ialah begitu penderitaan kita berakhir, rasa sakit hanya menjadi kenangan, dan kita terlibat dalam sukacita yang Allah bawa. Ini juga merupakan hal untuk diingat bahwa Allah akan membuat segala sesuatu menjadi baik pada akhirnya. Yesus tidak pernah terlalu cepat dan tidak pernah terlambat, melainkan selalu tepat waktu. Dalam kasih-Nya, la memiliki rencana untuk membawa segala penderitaan kita pada kesudahannya. Kita akan mengetahui bahwa la yang memegang kendali selama ini, mengerjakan segala sesuatu demi kebaikan, bahkan melalui penderitaan, dan bahwa tidak pernah ada alasan sama sekali bagi kita untuk menjadi tidak sabar