Berikut ini adalah percakapan antara William Carey dengan seorang pegawai pemerintahan ketika beliau berada di India untuk memberitakan Injil.
“Mereka tidak boleh melakukan hal itu?” kata William, “Tidakkah kau lihat bahwa hal itu adalah hal yang salah?”
“Lihatlah sebagaian besar orang di kota ini berpikir bahwa hal itu benar untuk dilakukan,” jawab petugas pemerintahan dengan perasaan jengkel. “hal ini adalah bagian dari agama mereka.”
William bertanya, “Bagaimana mungkin mengikat seorang wanita pada suaminya yang meninggal dan membakar mereka bersama-sama adalah hal yang benar untuk dilakukan ?”
Mendengar ini, petugas mengangkat tangannya. “William,” dia menjawab, “satu orang sendirian tidak dapat mengubah hal ini. Sudahlah, kembalilah untuk mengutus domba-dombamu.”
Ketika denominasi dimana William Carey bergereja mengatakan bahwa “Hanya Tuhan” yang dapat membuat penyembah berhala di Negara yang tidak percaya kepada Tuhan ini bertobat, William mengabaikannya daan mulai perjalanan misi yang paling sukses dalam sejarah gereja. Selain itu, dia belajar beberapa bahasa dan menerbitkan sebuah buku yang menjadi buku pegangan bagi pergerakan misi modern. Dia juga menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam tiga puluh empat bahasa dan Perjanjian Lama ke dalam delapan bahasa.
William Carey selama bertahun-tahun berusaha melawan kebiasaan di India yang membakar para istri hidup-hidup bersama dengan istrinya yang sudah meninggal. Pada akhirnya, meskipun pemerintah menentangnya, dia berhasil membuat pembakaran itu dilarang.
Carey menghabiskan hidupnya sebagai orang yang berdedikasi bagi Kristus dalam menghadapi kesulitan demi terciptanya sebuah perubahan. Ia dikenal sebagai orang yang suka menguatkan orang lain, “Harapkan hal-hal besar dari Allah; lakukan hal-hal besar bagi Allah “ (berdasarkan Yesaya 54:2-3). Itulah yang dilakukan William Carey.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah William Carey ini ialah kebanyakan orang masuk dalam kategori berikut dalam menyaksikan imannya: Pergi-pergi, Perlahan-pergi dan Tidak-pergi. Ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan bangsa-bangsa murid-murid-Nya, beberapa meresponinya dengan penuh semangat. Seperti William Carey, mereka pergi dan pergi bagi Injil. Yang lain juga meresponi, tapi dengan setengah hati, menjadi lambat karena usia atau kesibukannya. Yang menyedihkan, banyak orang percaya adalah orang Kristen yang tidak pergi. Mereka mendengar perintah-Nya, tapi mereka mengira orang lain yang melakukannya. Kategori manakah respon anda terhadap panggilan Yesus untuk menginjil? Mintalah kepada Allah untuk memperbaharui kerinduan anda untuk menyaksikan iman Anda kepada orang lain. Jika Anda mengharapkan hal-hal besar dari Allah, bersiap-siap untuk melakukan hal-hal besar dalam nama-Nya.