Memaknai Sebuah Harta

  • GSJA Eben Haezer
  • 12 Jan 2020
  • Like Jesus

Bacaan Alkitab Satu Minggu
1 Tawarikh (5:18)-(11:25) ; Kisah Para Rasul (26:1)-(28:16) ; Mazmur (6:7)-(9:13) ; Amsal (3:9-32)


Bacaan Alkitab
Amsal 3:9-10


Pendahuluan
Dalam bukunya yang berjudul Ketika Permainan Berakhir, Semua Kembali Ke Kotak, John Ortberg, mengatakan, “bahwa kehidupan kita digambarkan seperti sebuah “permainan”. Apabila semuanya sudah selesai, maka seluruh permainan kita akan dimasukkan dalam kotak kembali. Peti mati adalah kotak untuk menyimpan seluruh akhir permainan hidup kita. Bagaimana kita menjalani hidup ini ? adalah pertanyaan jauh lebih penting untuk kita renungkan, pikirkan dan kita jalani setiap hari. Dengan cara pandang yang benar, kita dapat memaknai harta kita dan juga hidup kita, dari sudut pandang Kerajaan Allah. Dan dengan kebenaran Firman Allah, kita dapat memaknai harta kita dengan cara yang benar. Tingkah laku dibentuk dan ditentukan oleh system nilai yang kita percayai. Manusia membutuhkan perasaan aman dan berharga dan menjadi “makluk” yang sempurna saat memiliki semuanya. Itulah sebabnya manusia memiliki kecenderungan untuk menjadi berharga dan sempurna dengan berbagai cara, misal dengan : membandingkan, bersaing dan mendaki keatas anak tangga kesuksesan.


Amanat Teks (Pesan Tuhan)
“Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”


Amanat Khotbah (Aplikasi)
Apa yang membentuk system penilaian Anda, menentukan apa yang penting bagi Anda. Dan dalam hal ini harta dapat membentuk system penilaian Anda. Bagi orang yang memusatkan diri kepada harta, maka yang penting bagi dirinya adalah : mengumpulkan tuaian yang banyak, membangun gedung yang besar, dan memperoleh keamanan finasial. Ia hanya mencurahkan hidupnya semata-mata pada hal-hal bendawi. Itulah sebabnya Yesus menekankan agar kita tidak memburu hal-hal yang bersifat bendawi semata-mata, melainkan hal-hal yang bersifat sorgawi (Lukas 12 : 33-34) Alkitab juga diceritakan tentang orang muda kaya hatinya sedih ketika Yesus menyuruhnya untuk menjual hartanya, karena hatinya tertambat pada hartanya (Matius 19 : 22) demikian juga Demas meninggalkan pelayanan karena tergoda oleh kemilau harta (II Tim. 4:10). Ketika kita membangun system nilai berdasarkan berapa banyak harta kita, berapa mewah rumah kita, maka kita sedang membangun hidup ini berdasarkan pondasi yang salah. Mari kita membangun hidup ini berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Utamakanlah Tuhan dalam cara Anda menggunakan kekayaan-Nya dan utamakanlah hal-hal yang tak dapat dibeli dengan uang. Apabila Tuhan mengoreksi Anda, terimalah hal ini sebagai bukti kasihnya. Ingatlah, bahwa segala sesuatu yang bersifat sementara di dunia ini harus menjadi hamba terhadap sesuatu yang bersifat kekal. Lalu bagaimana Anda memaknai kaya dalam Kerajaan Allah ?. Kaya di hadapan Allah berarti menumbuhkan jiwa yang semakin sehat dan baik. Kaya di hadapan Allah berarti mengasihi dan peduli kepada orang disekeliling Anda. Kaya di hadapan Allah berarti belajar mengenai berbagai karunia dan hasrat Anda dan melakukan hal-hal baik untuk membantu memperbaiki dunia ini. Kaya di hadapan Allah berarti bermurah hati dengan barang-barang Anda. Kaya di hadapan Allah berarti membuat apa yang bersifat sementara menjadi hamba Anda dan bukannya tuan yang menguasai hidup Anda. Itulah sebabnya Anda dapat berinvestasi dalam Kerajaan Allah dengan kemampuan bahkan kekayaan Anda. Benar apa yang menjadi pesan dalam kitab Amsal , “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu” (Amsal 3:9). Biarlah kekayaan yang Anda miliki tidak membangun jarak bagi orang-orang disekitar tetapi Anda tetap terkoneksi dengan kehidupan mereka, karena Anda sering memberkati mereka dengan Harta Anda.