Yehezkiel (40:1-27);
Kota Yerusalem dan Bait Suci sudah dihancurkan, negeri itu sudah diambil alih Babel, dan penduduknya sudah diserakkan atau dibuang. Saat itu bukanlah saat yang menggembirakan. Namun, Yehezkiel tetap melakukan yang selalu harus dilakukan umat Tuhan pada masa pencobaan: ia memandang jauh ke depan kepada kemuliaan yang akan datang yang sudah Tuhan rencanakan. Bangsa yang terserak akan disatukan kembali dan umat yang cemar akan disucikan. Negeri itu akan dipulihkan menjadi indah dan berbuah, dan di sana akan ada kota yang baru, Bait Suci yang baru, dan keimaman baru yang melayani Tuhan dalam kekudusan. Penglihatan akan negeri dan Bait Suci yang mulia ini harus disampaikan kepada umat (40:4) agar mereka bertobat dari dosa-dosa mereka (43:10). Kita yang hidup sekarang mungkin tidak memahami makna semua detail ini; namun, bangsa Israel pada saat itu memahaminya, dan pemahaman mereka membawa perubahan dalam hidup mereka. Jaminan akan masa depan yang mulia dapat menguatkan umat Tuhan pada masa-masa pencobaan hidup (Yohanes 17:22-24; 1 Petrus 1:1 9). Jaminan itu juga seharusnya mendorong kita untuk hidup kudus. Bagi orang Kristiani sorga bukan hanya tujuan, tetapi motivasi.