Buah roh penguasaan diri diterjemahkan dari kata “egkrateia”. Pengertian dari egkrateia menunjuk kepada kemampuan diri untuk menguasai dan mengendalikan diri sedemikian rupa sehingga tidak membiarkan diri terbawa oleh perasaan dan tindakan yang tidak terkendali. Dengan demikian, unsur yang dikendalikan adalah segenap aktifitas kepribadian yang menyangkut akal budi, emosi atau perasaan dan kehendak atau kemauan.
Apabila kita tidak menguasai diri maka kita akan jatuh ke dalam berbagai perbuatan dosa. Kita akan menjadi manusia yang kasar dan liar tindakannya, oleh sebab itulah 2 Timotius 4:5 kita mendengar seruan, “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal… ”. Juga dalam Titus 2:6, “Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal”. Di semua pemakaian kata “menguasai diri” dalam Perjanjian Baru yang ditekankan adalah soal berjaga-jaga dan waspada (1 Tesalonika 5:6; 1 Petrus 4:7, 1 Petrus 5:8).
Dalam Amsal 25:28 Firman Tuhan berkata, “Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya”. Di zaman kuno, tembok kota merupakan pertahanan utama kota tersebut. Apabila tembok itu roboh, maka lemahlah pertahanan kota tersebut. Demikian pula dengan pengendalian diri atau penguasaan diri merupakan tembok pertahanan orang percaya, khususnya terhadap keinginan-keinginan yang tidak berkenan di mata Tuhan. Menguasai diri sangat diperlukan karena jika kita tidak dapat menguasai diri maka bisa berakibat fatal.
Mengendalikan diri atau menguasai diri berarti menahan diri untuk tidak melakukan suatu keinginan. Banyak sekali keinginan duniawi yang akan membawa kepada kesesatan. Keinginan duniawi berupa berbagai macam keinginan baik itu keinginan mata (keserakahan), keinginan daging (hawa nafsu), dan keangkuhan hidup. Tetapi sebagai anak-anak Tuhan, kita bertanggunjawab untuk tetap menguasai diri di tengah godaan duniawi. Tentunya mustahil untuk kita dapat melakukan itu dengan kekuatan diri sendiri, kita harus meminta pertolongan dari Tuhan untuk mengendalikan diri kita seperti tertulis dalam 1 Petrus 4:7a, “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, ...”
Menguasai diri akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih dewasa. Dengan penguasaan diri, kita tidak akan mudah terbawa arus dosa duniawi. Dengan memiliki karakter ini, kita akan semakin serupa dengan Juruselamat kita yaitu Tuhan Yesus Kristus (2 Timotius 4:5). Memang penguasaan diri itu sulit. Dibutuhkan proses yang panjang untuk memiliki karakter ini. Itulah sebabnya kita perlu pertolongan Roh Kudus untuk membantu kita menaklukkan daging dan menguasai diri kita. Jika karakter penguasaan diri ini ada dalam hidup kita maka itu akan sangat menolong kita untuk dapat terus mengalami pertumbuhan rohani dan hidup menghasilkan buah yang akan mempermuliakan Nama Tuhan.