Seringkali pada waktu kita bepergian, kita membawa terlalu banyak barang. Padahal perjalanan yang menyenangkan itu akan merasa menjadi berat ketika kita membawa barang bawaan yang banyak. Sama halnya dengan kehidupan kita. Dalam perjalanan hidup kita ini, kita merasa membawa begitu banyak beban. Beban rasa bersalah, ketidakpuasan, kelelahan, keraguan, kesendirian, dan ketakutan.
Apapun yang sedang kita pikul, membawa beban itu sangat melelahkan. ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Undangan Yesus yang begitu manis melalui ayat ini ditujukan kepada semua orang “yang letih lesu dan berbeban berat” oleh persoalan hidup serta beban dosa mereka sendiri. Dengan datang kepada Yesus menjadi anak-Nya serta menaati petunjuk-Nya, maka akan membebaskan kita dari semua beban yang tidak dapat diatasi dan Tuhan akan memberikan perhentian, kedamaian dan Roh Kudus-Nya akan menuntun hidup kita setiap hari. Sebab bersama Yesus persoalan dan pencobaan hidup dapat ditanggung dengan bantuan dan kasih karunia-Nya (Ibrani 4:16). Panggilan Yesus memerdekakan kita dari beban-beban kehidupan yang kita pikul. Dengan ijin dan berkat-Nya, kita bisa melepaskan satu per satu beban yang ada. Kita merdeka “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka” (Yohanes 8:36).
Apakah ada beban-beban yang sedang kita pikul saat ini? Ada beberapa hal di kehidupan ini yang tidak mudah kita pikul. Allah meminta kita untuk meletakkannya dan percaya kepada-Nya. Yesus mengingatkan kita supaya kita tidak terjerat dengan permasalahan-permasalahan kehidupan, terutama jika itu membuat kita menjauh dari hidup kekal (Lukas 21:34-35). Banyak orang yang menjadi lemah dan tak berdaya karena beban-beban yang dipikul. Namun sebagai orang Kristen harus ingat bahwa kita tidak perlu memikul beban itu sendirian. Bukankah Yesus mengundang setiap orang yang letih lesu dan berbeban berat untuk mendapatkan kelegaan. Jadi jelas, apapun jenis beban dan persoalannya yang membuat perjalanan hidup yang kita lalui di dalam Tuhan terasa berat, itu semua tidaklah penting. Yang terpenting adalah, “Maukah kita menyambut tawaran-Nya?”. Ajakan dan undangan Yesus ini memerlukan respon dari kita. Datang kepada Allah merupakan respon atau tindakan aktif dari kita untuk datang kepada Allah dan mendapatkan kelegaan atau ketenangan.
Namun bagaimana kita tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus dapat menanggung beban kita bila kita tidak pernah meletakkan beban itu kepada-Nya? Bagaimana kita dapat berkata bahwa Dia memberikan kelegaan, kalau kita selalu berusaha mengangkat beban itu sendiri? Dengan membaca Matius 11:28, mari kita menerima undangan-Nya agar beban-beban yang ada tidak menghalangi perjalanan kerohanian kita. Caranya adalah belajar merendahkan hati di hadapan-Nya, artinya kita mengakui bahwa kita tidak mampu menanggung beban-beban hidup dengan kekuatan sendiri, kita membutuhkan Dia untuk menolong. Lalu kita berserah penuh kepada-Nya. Dengan demikian beban kitapun akan menjadi ringan.
Satu-satunya cara Tuhan untuk mengangkat beban kita adalah dengan kerelaan-Nya memikul beban itu bersama dengan kita, tetapi di saat yang sama itu kita juga harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya. Janji-Nya adalah Dia akan memberikan kelegaan kepada jiwa kita. Sehingga kita dapat terus berjalan bersama-Nya sambil memikul beban itu, sehingga beban kitapun akan menjadi lebih ringan.
Percaya saja dan mulailah meresponi tawaran-Nya yang penuh kemurahan itu, maka kita akan menikmati berkat-berkat-Nya. Oleh karena itu ijinkalah Yesus yang mengambil alih beban hidup kita dan jangan pernah mencoba memikulnya sendiri. Lihatlah bahwa Dia akan memberikan kita kuasa dan akan memampukan kita untuk menghadapi segala tantangan di dalam kehidupan ini sehingga kita dapat menjalani hari-hari indah bersama-Nya.