Matius 5:6, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”, ayat ini termasuk salah satu ayat yang terpenting dalam Khotbah Tuhan Yesus di Bukit. Sebab syarat dasar dari semua kehidupan yang saleh adalah adanya rasa lapar dan haus akan kebenaran. Ini juga dialami oleh Musa (Keluaran 33:13,18), dan Rasul Paulus (Filipi 3:10). Kondisi rohani orang Kristen seumur hidup mereka tergantung kepada rasa lapar dan haus akan kebenaran yaitu lapar dan haus akan kehadiran Allah (Ulangan 4:29) dan Firman-Nya (Mazmur 119).
Tetapi seringkali rasa lapar dan haus akan kebenaran ini dilenyapkan oleh kekuatiran duniawi, tipu daya kekayaan (Matius 13:22), keinginan akan berbagai hal (Markus 4:19), dan juga kenikmatan hidup (Lukas 8:14). Hal-hal inilah yang terkadang membuat orang percaya tidak lagi mengalami rasa lapar dan haus akan kebenaran. Oleh karena itu sangatlah penting bahwa orang percaya untuk peka terhadap pekerjaan Roh Kudus yang akan menginsyafkan kita akan hal-hal yang salah dalam diri kita (Yohanes 16:8-13, Roma 8:5-16). Sehingga dengan demikian rasa lapar dan haus akan kebenaran itu dapat terus terpelihara dalam hidup kita. Sebenarnya ketika rasa lapar dan haus akan kebenaran sudah tidak ada lagi dalam diri orang percaya, maka kita sedang mengalami kematian rohani.
Adanya rasa lapar dan haus akan kebenaran semacam ini sebenarnya merupakan bukti ketidakpuasan dengan tingkatan rohani yang dicapai saat ini. Saat pertama kali kita mengundang Yesus masuk dalam hati kita, Roh Kudus memulihkan kondisi rohani kita. Kita mengalami pengalaman kelahiran baru dalam roh kita (Yohanes 3:3-8; II Korintus 5:7). Sejak saat itulah kita akan merasakan adanya rasa lapar dan haus akan kebenaran, yaitu rindu untuk terus menjalin persekutuan yang intim dengan Tuhan. Dan secara spontan pasti kita akan mulai mencari-cari pemuasan dari rasa lapar dan haus akan kebenaran yang kita rasakan. Kehausan akan Allah dan kebenaran-Nya sanggup memberikan daya dorong kepada kita untuk terus mencari Tuhan menikmati hadirat-Nya. Kita pun akan semakin bergairah kepada perkara-perkara rohani yang akan membuat rohani kita semakin bertumbuh dewasa.
Rasa lapar dan haus akan Allah harus terus dijaga, karena saat kita kehilangan rasa lapar dan haus itu, pada saat itu sebetulnya kita sedang berhenti bertumbuh dalam roh. Sadar atau tidak, roh kita sedang menjadi “sakit”. Oleh karena itu agar tidak semakin lemah dan mati kerohanian kita, kita harus kembali menjalin hubungan yang intim setiap hari dengan Tuhan. Doa dan segala aktifitas rohani yang kita lakukan pun tidak akan menjadi sebuah rutinitas agamawi ketika kita bersekutu intim dengan Tuhan. Roh Kudus akan menolong kita menyelaraskan hidup kita dengan kebenaran Firman Tuhan. Roh-Nya akan menolong kita memiliki gaya hidup dengan standar yang semakin tinggi, yaitu sesuai dengan standar Alkitab. Dengan demikian ada buah-buah rohani yang kita hasilkan dari hidup kita yang mempermuliakan Nama Tuhan kita. Amen.