Beban Kebencian

  • 28 Feb 2016
  • Mengalami Hati Yesus

Ragam kondisi situasi kehidupan yang kita lalui, suka atau tidak suka akan diperhadapkan pada situasi untuk mengampuni tanpa memperhitungkan besar kecilnya kesusahan yang ditimbulkan orang lain bagi kita.  Dalam Matius 18:22 Tuhan Yesus mengajarkan untuk mengampuni “tujuh puluh kali tujuh kali” artinya pengampunan yang tidak ada batasnya.  Mungkinkah kita sanggup melakukannya?  Biasanya kalau mengampuni orang yang berbuat kesalahan kepada kita, akan mudah kalau kesalahannya tidak fatal, tidak terlalu menyakiti hati dan jika tidak diulang lagi.  Namun bagaimana kalau mengampuni orang yang sudah berbuat kesalahan berulang-ulang?  Tentunya tidak mudah.  Kalau mau jujur mengakui terkadang pengampunan yang kita berikan bersyarat, misalnya, saya memaafkan asal ……..… , atau saya mengampuni kesalahannya tapi …….…..

 Tuhan memberikan pengajaran bahwa seharusnya pengampunan itu tidak bersyarat.  Bahkan seharusnya pengampunan itu diberikan secara cuma-cuma dan terus menerus.  Karena demikianlah pengampunan yang Yesus berikan kepada kita.  Karya keselamatan Allah melalui kehadiran Yesus Kristus bersama-sama dengan manusia, disalibkan, kematian, kebangkitan dan naik ke Surga adalah serangkaian wujud pengampunan Allah untuk manusia.  Allah melalui Roh Kudus-Nya akan memberikan kemampuan agar kita dapat mengampuni orang lain sama seperti Dia mengampuni kita.

Ada saja kelemahan kita dan kelemahan orang lain yang dapat menimbulkan kebencian di hati satu dengan yang lain dan akhirnya berdampak buruk, yaitu merusak hubungan satu dengan yang lainnya.  Itulah sebabnya Tuhan mengajarkan kita berdoa, “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Matius 6:12).  Ketika mau mengampuni dan mau untuk mengakui kesalahan, kita sedang membuang beban kebencian dari diri kita.  Semakin kita menutup diri untuk mengampuni dan mengakui kesalahan, semakin menambah beban kebencian dalam diri kita.  Jangan sampai kita terbelenggu amarah, kebencian, sakit hati, iri hati dan rasa bersalah.  Sikap-sikap seperti ini tidak akan membawa dampak positif apa pun, sebaliknya justru akan menambah beban dosa dalam hidup kita

Amsal 4:23 berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”.  Hati adalah sumber keinginan dan keputusan.  Lalai menjaga hati akan menyebabkan hidup kita menyimpang dari Firman Tuhan.  Menjaga hati dengan baik akan menghasilkan kehidupan seperti yang Tuhan kehendaki.  Hati merupakan bagian diri kita yang mudah terluka, mudah sakit dan sangat rapuh.  Dan jika hati tidak dijaga dengan baik maka hati kita akan dipenuhi dengan hal-hal yang negatif seperti sakit hati, kecewa, kebencian bahkan kepahitan.  Jika hal-hal negatif tersebut terus dibiarkan di hati kita, maka semakin lama akan semakin menjauhkan hubungan kita dengan Tuhan dan hubungan dengan orang lain.  Yang pada akhirnya akan menghancurkan hidup kita sendiri.

Bagaimana kita dapat mengampuni orang lain yang sudah menimbulkan kebencian di hati kita?  Pertama, sadari bahwa ibarat orang berhutang, kita mempunyai lebih banyak hutang kepada Tuhan daripada orang lain kepada kita.  Dosa kita yang begitu banyak, oleh karena kasih pengampunan Kristus lunas dibayar di kayu salib.  Jadi jikalau hutang dosa kita yang segitu banyaknya sudah Tuhan ampuni, mengapa kita tidak bisa mengampuni kesalahan orang lain? (Matius 18:33).  Kedua, sadari bahwa menyimpan beban kebencian dan dendam dalam hati hanya akan menimbulkan ketidaksejahteraan dalam hidup kita.  Hal ini justru akan menambah semakin berat beban hidup kita.  Dengan mengampuni sebenarnya kita telah berbuat baik kepada diri sendiri dan juga orang lain.  Beban hidup kita pun menjadi ringan.  Nama Tuhan dipermuliakan dan mujizat-Nya pasti akan dinyatakan dalam kehidupan kita.